Restitution for Child Victims as a Recovery Instrument: A Jurisprudential Analysis of Judicial Considerations in Criminal Cases

Authors

  • Vuzio Fernanda Universitas Jambi, Indonesia
    Indonesia
  • Hafrida Hafrida Universitas Jambi, Indonesia
    Indonesia
  • Sahuri Lasmadi Universitas Jambi, Indonesia
    Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.23917/jurisprudence.v15i2.12317

Keywords:

Children, International Law, Judge's Decision, Restitution, Anak, Pertimbangan Yudisial, Restitusi

Abstract

ABSTRACT

Purpose of the Study: This study aims to examine the construction of judicial reasoning across three levels of s, as well as identify the points which indicate disharmony between the principle of legality, the criminal justice regime, child protection norms, and state finance regulations that contribute to divergent legal reasoning among the District Court, High Court, and Supreme Court decisions. The paper aims to discover why the authority to grant restitution is not exercised in a uniform manner and the extent to which regulatory gaps affect the justice system’s ability to guarantee effective victim recovery.

Methodology: This study employed a normative juridical research method . Primary legal materials included Government Regulation No. 43 of 2017, the Child Protection Law, the Law on the Witness and Victim Protection Agency, the State Financial Law, and international instruments on victims’ rights. The jurisprudential analysis focused on Supreme Court Decision No. 5642 K/Pid.Sus/2022 by examining the legal reasoning at each judicial level to map consistency, deviations, and normative conflicts. The conceptual approach was used to interpret the principle of legality, theories of authority, individual offender liability, and victim recovery principles.

Results: The findings show that the District Court’s order requiring the Ministry of Women’s Empowerment and Child Protection to pay restitution was driven by a victim-oriented recovery approach but conflicted with the principle of legality and exceeded judicial authority. The High Court corrected this by returning the responsibility to the offender, and the Supreme Court reaffirmed this position based on personal liability and adherence to the state finance regime. The Supreme Court emphasized that judges cannot assign restitution obligations to the state without a clear legislative basis. The study further confirms a critical legal vacuum: no substitution mechanism exists when offenders are unable to pay, resulting in incomplete realization of victims’ rights despite a comprehensive assessment of losses. The lack of synchronization between child protection regulations, criminal law, and state finance governance constitutes a major barrier to effective restitution.

Applications of this Study: This research’s findings can serve as a foundation for improving restitution regulations, particularly the need to establish a recovery scheme enabling the state to act lawfully when offenders are unable to pay. The analysis also provides guidance for judges and policymakers on the limits of judicial authority and the importance of harmonizing child protection, criminal law, and state financial regulations in shaping victim-recovery policies.

Novelty/Originality of this study: The originality of this study lies in its critical mapping of the relationship between judicial reasoning, limits of authority, and normative conflicts in child-victim restitution cases, an area that is not yet fully elaborated in existing literature. This analysis explicitly reveals the regulatory vacuum that produces divergent reasoning among courts and underscores the need for normative reconstruction, so that restitution mechanisms can operate effectively without violating the legality principle.

Keywords: Child; Judicial Considerations; Restitution.

 

ABSTRAK 

Tujuan : Studi ini bertujuan untuk meneliti konstruksi penalaran yudisial di tiga tingkatan pengadilan dalam Kasus No. 5642 K/Pid.Sus/2022 mengenai penentuan restitusi bagi korban anak dalam tindak pidana, serta mengidentifikasi poin-poin yang menunjukkan ketidakselarasan antara prinsip legalitas, rezim peradilan pidana, norma perlindungan anak, dan peraturan keuangan negara yang berkontribusi pada perbedaan penalaran hukum di antara putusan Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung. Makalah ini bertujuan untuk menemukan mengapa kewenangan untuk memberikan restitusi tidak dilaksanakan secara seragam dan sejauh mana kesenjangan regulasi memengaruhi kemampuan sistem peradilan untuk menjamin pemulihan korban yang efektif.

Metodologi: Studi ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan yurisprudensi, pendekatan kasus, dan pendekatan konseptual. Materi hukum primer meliputi Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2017, Undang-Undang Perlindungan Anak, Undang-Undang tentang Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, Undang-Undang Keuangan Negara, dan instrumen internasional tentang hak-hak korban. Analisis yurisprudensi difokuskan pada Putusan Mahkamah Agung No. 5642 K/Pid.Sus/2022 dengan memeriksa penalaran hukum di setiap tingkat peradilan untuk memetakan konsistensi, penyimpangan, dan konflik normatif. Pendekatan konseptual digunakan untuk menafsirkan prinsip legalitas, teori otoritas, tanggung jawab pelaku individu, dan prinsip pemulihan korban.

Hasil: Temuan menunjukkan bahwa perintah Pengadilan Negeri yang mewajibkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk membayar restitusi didorong oleh pendekatan pemulihan yang berorientasi pada korban tetapi bertentangan dengan prinsip legalitas dan melampaui wewenang peradilan. Pengadilan Tinggi mengoreksi hal ini dengan mengembalikan tanggung jawab kepada pelaku, dan Mahkamah Agung menegaskan kembali posisi ini berdasarkan tanggung jawab pribadi dan kepatuhan terhadap rezim keuangan negara. Mahkamah Agung menekankan bahwa hakim tidak dapat membebankan kewajiban restitusi kepada negara tanpa dasar legislatif yang jelas. Studi ini lebih lanjut menegaskan adanya kekosongan hukum yang kritis: tidak ada mekanisme substitusi ketika pelaku tidak mampu membayar, sehingga mengakibatkan realisasi hak-hak korban yang tidak lengkap meskipun telah dilakukan penilaian kerugian yang komprehensif. Kurangnya sinkronisasi antara peraturan perlindungan anak, hukum pidana, dan tata kelola keuangan negara merupakan hambatan utama bagi restitusi yang efektif.

Aplikasi Studi Ini: Temuan penelitian ini dapat menjadi dasar untuk meningkatkan peraturan restitusi, khususnya kebutuhan untuk menetapkan skema pemulihan yang memungkinkan negara untuk bertindak secara sah ketika pelaku tidak mampu membayar. Analisis ini juga memberikan panduan bagi hakim dan pembuat kebijakan tentang batasan kewenangan yudisial dan pentingnya harmonisasi perlindungan anak, hukum pidana, dan peraturan keuangan negara dalam membentuk kebijakan pemulihan korban.

Kebaruan/Orisinalitas Studi: Orisinalitas studi ini terletak pada pemetaan kritisnya terhadap hubungan antara penalaran yudisial, batasan kewenangan, dan konflik normatif dalam kasus restitusi anak korban, suatu bidang yang belum sepenuhnya diuraikan dalam literatur yang ada. Analisis ini secara eksplisit mengungkapkan kekosongan regulasi yang menghasilkan penalaran yang berbeda di antara pengadilan dan menggarisbawahi perlunya rekonstruksi normatif, sehingga mekanisme restitusi dapat beroperasi secara efektif tanpa melanggar prinsip legalitas. 

Kata Kunci: Anak; Pertimbangan Yudisial; Restitusi

References

Abdillah, A., & Setyorini, E. H. (2025). Mekanisme Pengaturan Dana Bantuan Korban Sebagai Alternatif Pemenuhan Restitusi Anak Korban Kekerasan Seksual. Media Hukum Indonesia (MHI), 3(1). https://doi.org/10.5281/zenodo.14791473

Agusnawan, A. F. (2023). Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Kejahatan Eksploitasi Secara Ekonomi. Journal of Lex Generalis (JLG), 4(2), 217–234.

Al Qorani, U., & Jais, A. (2025). Penyelesaian Masalah Melalui Alternative Dispute Resolution (Adr) Atas Kasus Pelecehan Anak Di Bawah Umur Di Kecamatan Pontianak Kota. Al-Anam: Journal Ilmu Pendidikan Islam, 1(2), 79–87.

Aljamalulail, S. R., Rani, F. A., & Muazzin, M. (2024). The Politics of Law on the Fulfillment of Restitution Rights for Rape Victims Based on the Qanun Jinayat in Aceh. Samarah: Jurnal Hukum Keluarga Dan Hukum Islam, 8(1), 299–316. https://doi.org/10.22373/sjhk.v8i1.16307

Alyafedri, Y., & Koto, I. (2024). Kebijakan Hukum Terhadap Problematika Pemberian Pemenuhan Hak Restitusi Korban Tindak Pidana Yang Diatur KUHAP Dan Diluar KUHAP. UNES Law Review, 6(4), 11643–11653. https://doi.org/10.31933/unesrev.v6i4.2006

Anam, A. D. (2019). Landasan Aksiologi Kebebasan Hakim dalam Memutus Perkara Tinjauan Keadilan Substantif. An-Nawazil: Jurnal Hukum Dan Syariah Kontemporer, 1(2), 34–49. https://doi.org/10.69784/annawazil.v1i02.52

Anggraeniko, L. S., Palah, N., & Kania, D. (2025). Perlindungan Korban Kekerasan dalam Proses Pidana: Evaluasi KUHAP dan Rekomendasi Reformasi berdasarkan Standar HAM Internasional. Proceedings Series on Social Sciences & Humanities, 23, 124–133. https://doi.org/10.30595/pssh.v23i.1557

Attamimi, F., & Tanudjaja, T. (2024). Pemenuhan Hak Restitusi Bagi Anak Korban Kekerasan Seksual. Unes Law Review, 6(4), 12134–12141. https://doi.org/10.31933/unesrev.v6i4.2186

Attamimi, Fahim, & Tanudjaja, T. (2024). Pemenuhan Hak Restitusi Bagi Anak Korban Kekerasan Seksual. UNES Law Review, 6(4), 12134–12141. https://doi.org/10.31933/unesrev.v6i4.2186

Caesario, W. (2024). Eksistensi dan Karakteristik Putusan Ultra Vires Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu. Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, 31(3), 610–635. https://doi.org/10.20885/iustum.vol31.iss3.art6

Dosniroha, Y. Y., & Nurwidiyana, D. P. (2024). Pemidanaan Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Dikaitkan Dengan Asas Kepentingan Terbaik Bagi Anak. The Juris, 8(1), 182–188. https://doi.org/10.56301/juris.v8i1.1246

Efendi, J., & Rijadi, P. (2022). Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris: Edisi Kedua. Jakarta: Prenada Media.

Elbers, N. A., Meijer, S., Becx, I. M., Schijns, A. J., & Akkermans, A. J. (2022). The role of victims’ lawyers in criminal proceedings in the Netherlands. European Journal of Criminology, 19(4), 830–848. https://doi.org/10.1177/1477370820931851

Eleanora, F. N., & Wijanarko, D. S. (2021). Provision of Restitution and Protection Children of Victims Criminal Action. Echnium Soc. Sci. J., 17, 136.

Halim, R. S., Chandra, T. Y., & Mau, H. A. (2023). Pemenuhan Hak Restitusi Terhadap Korban Tindak Pidana Kelalaian Medis di Indonesia. Jurnal Multidisiplin Indonesia, 2(9), 3048–3075. https://doi.org/10.58344/jmi.v2i9.580

Harefa, A. (2023). Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Dalam Tindak Pidana Perkosaan. Jurnal Panah Keadilan, 2(1), 113–124. https://doi.org/10.57094/jpk.v2i1.914

Hendriana, R., Raharjo, A., Prayitno, K. P., Wahyudi, S., & Retnaningrum, D. H. (2024). Development of a Restitution Model Based on Justice and Legal Certainty for Crime Victims in Indonesia. Pakistan Journal of Criminology, 16(3), 1–17.

Kementerian Pembedayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (2024). Jumlah Kekerasan Terhadap Anak menurut Jenis Kekerasan yang Dialami. Retrieved from KPPPA website: vhttps://siga.kemenpppa.go.id/dataset?sort=terbaru&cari=kekerasan

Kristiawanto. (2022). Memahami Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Prenada Media Grup.

Lubis, M. R., & Siregar, G. (2021). Implementation of diversion in case resolution children to realize protection law against children. Journal of Contemporary Issues in Business and Government, 27(2), 1001–1006. https://doi.org/10.47750/cibg.2021.27.02.119

Mahrus Ali, Muliyono, A., Sanjaya, W., & Wibowo, A. (2022). Compensation and restitution for victims of crime in Indonesia: Regulatory flaws, judicial response, and proposed solution. Cogent Social Sciences, 8(1), 2069910.

Marabessy, A. C., & Siagian, A. (2023). Perlindungan Hukum terhadap Anak Pelaku Kejahatan Seksual. Aufklarung: Jurnal Pendidikan, Sosial Dan Humaniora, 3(1), 21–41.

Martin, K. D., & Fowle, M. Z. (2020). Restitution without Restoration? Exploring the Gap between the Perception and Implementation of Restitution. Sociological Perspectives, 63(6), 1015–1037. https://doi.org/10.1177/0731121420970599

Maryam, S., & Prasetyo, B. (2025). Implementasi Restitusi Bagi Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang. Ranah Research: Journal of Multidisciplinary Research and Development, 7(2), 953–961.

Meliala, C. B., Tobing, T. L., & Oktaviana, S. (2025). Efektivitas Gugatan Ganti Kerugian Terhadap Perempuan Dalam Kasus Kekerasan Seksual (Studi Putusan Nomor 132/Pid. B/2023/PN Pnn). Al-Zayn: Jurnal Ilmu Sosial & Hukum, 3(2), 685–694. https://doi.org/10.61104/alz.v3i2.1133

Muchlis, A. (2024). Penegakan Prinsip Kepentingan Terbaik Anak Pada Penerapan Diversi Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak. Jurnal Hukum Progresif, 12(1), 66–77. https://doi.org/10.14710/jhp.12.1.66-77

Narwadan, T. N. A., Lubis, A. F., & Hakim, H. A. (2025). Teori Hukum Positif: Teori Komprehensif dan Perkembangannya. Jambi: PT. Sonpedia Publishing Indonesia.

Nasution, P. E. Z., Panjaitan, B. S., & Harahap, A. M. (2025). Pembaruan Hukum Pidana dalam Perspektif Perlindungan Korban: Studi Kritis Terhadap Penguatan Hak Korban dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jurnal Riset Rumpun Ilmu Sosial, Politik Dan Humaniora, 4(3), 713–725. https://doi.org/10.55606/jurrish.v4i3.5993

Oktadiana, V., & Sambas, N. (2025). Efektivitas Restitusi Dalam Pencegahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Yang Berulang: Tinjauan Hukum Pidana Dan Perlindungan Korban. Collegium Studiosum Journal, 8(1), 349–356. https://doi.org/10.56301/csj.v8i1.1644

Pădurariu, I. (2020). The principle of the best interests of the child. LESIJ-Lex ET Scientia International Journal, 27(2), 7–13.

Pratiwi, A. D., & Harpa, A. (2022). Regulation of the Right of Restitution for Children As Victims of Criminal Acts. Journal of Scientific Research, Education, and Technology (JSRET), 1(2), 465–471. https://doi.org/10.58526/jsret.v1i2.152

Purek, M. M. Y. (2024). Analisis Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Kekerasan Seksual. Das Sollen: Jurnal Kajian Kontemporer Hukum Dan Masyarakat, 2(2), 1–25.

Putra, N. A., & Multiwijaya, V. R. (2025). Pemberian Restitusi Terhadap Korban Tindak Pidana Kekerasan Seksual (Studi Putusan Nomor XX/PID. B/2023/PN FFK): Providing Restitution To Victim Crime Of Sexual Violence (Study Decision Number Xx/Pid. B/2023/Pn Ffk). Reformasi Hukum Trisakti, 7(2), 742–752. https://doi.org/10.25105/refor.v7i2.22780

Rahmah, A. (2019). Pemenuhan Restitusi Dan Kompensasi Sebagai Bentuk Perlindungan Bagi Korban Kejahatan Seksual Dalam Sistem Hukum Di Indonesia. De Lega Lata: Jurnal Ilmu Hukum, 4(2), 140–159. https://doi.org/10.30596/dll.v4i2.3173

Ramadhani, G. W., & Subekti, S. (2025). Pelaksanaan Restitusi Terhadap Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Kekerasan Seksual (Studi Putusan Nomor 8/PID.SUS/2022/PN.SKH. Indonesian Journal of Social Sciences and Humanities, 5(1), 108–114.

Rinaldi, S. F. P., Anggrainy, L. M., Malva, C. L., Sari, T. D., & Pratama, M. A. (2025). Hukum Positivisme: Analisis Pemikiran Hans Kelsen Tentang Grundnorm. Nusantara: Jurnal Pendidikan, Seni, Sains Dan Sosial Humaniora, 3(1). https://doi.org/10.69784/annawazil.v1i02.52

Salmón, E., & Pérez-León-Acevedo, J.-P. (2022). Reparation for victims of serious violations of international humanitarian law: New developments. Nternational Review of the Red Cross, 104(919), 1315–1343. https://doi.org/10.1017/S1816383122000297

Saputra, T., & Nugraha, Y. A. (2022). Pemenuhan Hak Restitusi: Upaya Pemulihan Korban Tindak Pidana. Krtha Bhayangkara, 16(1), 65–80. https://doi.org/10.31599/krtha.v16i1.1190

Septia, G. K., & Suhartini. (2024). Kepentingan Restitusi dalam Sistem Peradilan Pidana Sebagai Sarana Pemulihan Korban Kekerasan Seksual:(Studi Kasus Putusan No: 382/Pid. sus/2020/PN Jkt. Sel). Jurnal Syntax Imperatif: Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan, 4(6), 916–928. https://doi.org/10.36418/syntax-imperatif.v4i6.334

Sonnekus, J. C. (2024). Bydraende nalatigheid as regsbeperking of’n kwalifisering van die premis dat iedereen sy eie skade dra? Tydskrif Vir Die Suid-Afrikaanse Reg, 3, 427–452.

Vellinga, N. E. (2024). Rethinking compensation in light of the development of AI. International Review of Law, Computers & Technology, 38(3), 391–412. https://doi.org/10.1080/13600869.2024.2324554

Widodo, H., Mashdurohatun, A., Santoso, A. B., & Yunanda, D. (2025). Restitution as an Instrument of Justice for Victims of Domestic Sexual Violence: A Study of Positive and Islamic Law in the Contemporary Era. MILRev: Metro Islamic Law Review, 4(1), 676–699. https://doi.org/10.32332/milrev.v4i1.10436

Wiranata, I. G. A., & Darmadi, A. N. O. Y. (2025). Pengaturan Hukum Terhadap Pemberian Kompensasi Kepada Anak Korban Dalam Tindak Pidana Kekerasan Seksual. Jurnal Media Akademik (JMA), 3(7). https://doi.org/10.62281/v3i7.2490

Wiyanti, R., Noerdajasakti, S., & Djatmika, P. (2022). Restitution As A Criminal Sanction In The Perspective Of Restorative Justice. Russian Journal of Agricultural and Socio-Economic Sciences, 126(6), 57–66. https://doi.org/10.18551/rjoas.2022-06.07

Yanto. (2022). Implementation Of Diversion In Settlement Of Middle Crimes. Journal of Positive School Psychology, 6(10).

Yuliawan, H. B., & Bhakti, T. S. (2025). Efektivitas Kebijakan Restitusi dalam Perlindungan Hak Anak Korban Kejahatan Seksual: Studi Kasus Putusan Nomor 112/Pid. Sus/2022/PN. Bnr. Binamulia Hukum, 14(1), 33–42. https://doi.org/10.37893/jbh.v14i1.1006

Downloads

Submitted

2025-08-05

Accepted

2025-12-12

Published

2025-12-27

Issue

Section

Articles